Profil Desa Krakitan

Ketahui informasi secara rinci Desa Krakitan mulai dari sejarah, kepala daerah, dan data lainnya.

Desa Krakitan

Tentang Kami

Profil Desa Krakitan, Bayat, Klaten. Sebuah desa dengan luas wilayah terbesar di Bayat, dikenal sebagai rumah bagi Rowo Jombor dan Bukit Sidoguro. Menjelajahi sejarah waduk, tradisi Syawalan dan transformasi desa menjadi destinasi wisata unggulan Klaten p

  • Pusat Wisata Terbesar Klaten Selatan

    Desa Krakitan merupakan lokasi dari kompleks wisata Rowo Jombor dan Bukit Sidoguro yang telah direvitalisasi, menjadikannya destinasi andalan yang menyuguhkan pemandangan air dan perbukitan.

  • Desa dengan Skala Wilayah dan Populasi Terbesar di Bayat

    Krakitan memiliki luas wilayah sekitar dan populasi yang besar (), mencerminkan kompleksitas administrasi dan potensi sumber daya manusia yang tinggi.

  • Transformasi Ekonomi Pasca-Revitalisasi Waduk

    Perekonomian desa telah beradaptasi dari model ekonomi warung apung dan perikanan keramba liar menjadi model wisata modern terintegrasi (plasa kuliner, taman rekreasi), didorong oleh proyek pemerintah.

XM Broker

Di wilayah tenggara Kabupaten Klaten, Desa Krakitan di Kecamatan Bayat, adalah sebuah desa yang tak bisa dipisahkan dari air dan sejarah. Krakitan bukan hanya desa terluas di kecamatannya, tetapi juga rumah bagi Rowo Jombor, sebuah waduk ikonik yang riwayatnya merentang dari masa kolonial hingga revitalisasi besar-besaran di era modern. Desa ini adalah potret hidup tentang transformasi, di mana sebuah kawasan yang dulunya merupakan perkampungan terendam kini bangkit menjadi destinasi wisata unggulan dan pusat pengelolaan air yang vital.

Geografi Raksasa dan Dinamika Kependudukan

Desa Krakitan terletak sekitar dari ibu kota Kabupaten Klaten. Secara geografis, desa ini berada di ketinggian sekitar di atas permukaan laut dan dikelilingi oleh perbukitan kapur, seperti Gunung Gajah dan Bukit Sidoguro. Luas wilayah Desa Krakitan sangat besar, mencapai sekitar (), yang menjadikannya desa terluas di Kecamatan Bayat.

Dengan jumlah penduduk sekitar , kepadatan penduduknya mencapai per . Skala desa yang besar dan padat ini menunjukkan kompleksitas administratif, yang tercermin dari banyaknya padukuhan (32 dukuh) yang tersebar di wilayahnya.

Batas-batas wilayah Desa Krakitan meliputi:

  • Sebelah Utara: Berbatasan dengan Desa Karangpakel (Kecamatan Trucuk)

  • Sebelah Timur: Berbatasan dengan Desa Jimbung (Kecamatan Wedi)

  • Sebelah Selatan: Berbatasan dengan Desa Wiro dan Jotangan (Kecamatan Bayat)

  • Sebelah Barat: Berbatasan dengan Desa Paseban (Kecamatan Bayat)

Rowo Jombor: Sejarah Air dan Revolusi Wisata

Identitas Desa Krakitan tak lepas dari Rowo Jombor, waduk seluas yang berada di wilayahnya. Sejarah waduk ini bermula pada masa penjajahan Belanda dan Jepang. Dulunya, kawasan Rowo Jombor merupakan perkampungan dataran rendah yang sering tergenang air. Untuk mengatasi banjir dan menyediakan air irigasi bagi lahan tebu pabrik gula, pemerintah kolonial membangun tanggul dan mengubahnya menjadi tandon air raksasa. Hal ini menyebabkan banyak lahan pertanian dan pemukiman warga desa harus dibeli oleh pemerintah (ontokening).

Sejak lama, Rowo Jombor telah menjadi objek wisata lokal, terkenal dengan warung apung dan aktivitas perikanan keramba jaring apung (KJA). Namun sejak tahun 2021, pemerintah provinsi melalui Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) melakukan revitalisasi besar-besaran. Revitalisasi ini bertujuan ganda: mengembalikan fungsi waduk sebagai tandon air dan irigasi, sekaligus menjadikannya destinasi wisata yang terintegrasi. Warung apung dan keramba KJA dibongkar dan dipindahkan ke daratan yang kini menjadi Taman Nyi Ageng Rakit (sebuah plasa kuliner dan food court modern).

Ekonomi Ganda: Air, Alam, dan Tradisi

Perekonomian Desa Krakitan secara tradisional ditopang oleh pertanian (sawah) dan perikanan. Pasca-revitalisasi, ekonomi desa bergerak cepat menuju sektor jasa pariwisata:

  1. Pariwisata Terintegrasi: Revitalisasi menciptakan peluang baru. Bukit Sidoguro kini menjadi taman rekreasi dan gardu pandang. Taman Nyi Ageng Rakit menampung UMKM kuliner lokal, menciptakan lapangan kerja bagi warga desa sebagai pelayan, juru parkir, dan pengelola wahana.

  2. Perikanan yang Tertata: Meskipun KJA dibongkar, Rowo Jombor tetap menjadi kawasan perikanan dan pemancingan, yang kini dikelola secara lebih tertata untuk menjaga kelestarian lingkungan dan kualitas air.

  3. Tradisi Syawalan/Bodo Kupat: Krakitan memiliki potensi budaya yang kuat melalui tradisi tahunan Syawalan (sepekan setelah Idul Fitri), yang dirayakan di sekitar Rowo Jombor. Tradisi ini, yang menampilkan ritual budaya seperti gunungan kupatan, menjadi daya tarik wisata budaya yang unik dan sarat makna.

Desa Krakitan, dengan segala lapis sejarah dan transformasi terbarunya, terus memposisikan diri. Ia merupakan simbol ketahanan sebuah komunitas yang mampu beradaptasi dengan perubahan besar, mengubah sejarah genangan air menjadi sumber kesejahteraan dan destinasi yang membanggakan Kabupaten Klaten.